ANDA mungkin tak terlalu menggemari film dan buku “fiksi” seperti Lord of the Rings (LOTR). The Lord of the Rings
adalah novel kisah fantasi epik karangan J. R. R. Tolkien. Diterbitkan
dalam tiga jilid pada tahun 1954 dan 1955, masing-masing jilid terdiri
dari dua buku. Jilid pertama diberi judul The Fellowship of the Ring, jilid kedua The Two Towers dan jilid ketiga The Return of the King.
Kisah ini ditulis dari tahun 1937 sampai 1949 dan menjadi salah satu
karya sastra abad ke-20 yang paling populer dan diterjemahkan ke dalam
38 bahasa. The Lord of the Rings telah difilmkan tiga kali,
yang pertama sebagai film animasi oleh Ralph Bakshi pada tahun 1978
(sebagai bagian pertama dari dua film yang mulanya direncanakan), yang
kedua pada tahun 1980 sebagai acara televisi. Karya ketiga, trilogi film
The Lord of the Rings oleh sutradara Peter Jackson yang
dirilis pada tahun 2001, 2002, dan 2003, memenangkan beberapa Academy
Awards dan memperbaharui minat publik dalam trilogi ini dan karya
Tolkien lainnya.
Filmnya sudah pula diputar berkali-kali di TV. LOTR bukanlah film
bertema sejarah, sebab di dunia ini tidak ada sejarah seperti itu. Ia
juga bukan film sihir seperti Harry Potter, sebab di dalamnya
minim adegan-adegan sihir. Ia bukan film fantasi murni, sebab detail
ceritanya mengandung makna-makna tertentu. Ia bukan film horor, sebab
tidak ada eksploitasi dunia hantu-hantuan. Lalu apa?
Jika boleh dibilang, LOTR adalah film perumpamaan masa depan atau
jika tidak berlebihan film soal nubuwat akhir zaman. Maksudnya, film itu
sarat mengandung perlambang-perlambang tentang kehidupan yang akan
terjadi di masa nanti. Bukan main-main, perlambang yang digambarkan
dalam film LOTR adalah materi seputar tanda-tanda kiamat. Kalau Anda
teliti melihatnya, di sana akan didapatkan begitu banyak kondisi-kondisi
yang menggambarkan kehidupan menjelang Hari Kiamat nanti. Hanya semua
itu dibuat sangat samar, dengan istilah-istilah, kronologi cerita, dan
tokoh-tokoh fiktif.
Para aktivis Islam di perkotaan, banyak yang tidak percaya dengan hadits-hadits seputar Asyratus Sa’ah
(Tanda-tanda Hari Kiamat). Mereka anggap hadits-hadits itu tidak
realistik, tidak rasional, dan tidak sesuai dengan fakta-fakta kehidupan
modern. Tetapi anehnya, kalangan non Muslim justru sangat mempercayai
hal itu. Film LOTR mencerminkan keyakinan mereka terhadap
episode-episode menjelang Hari Kiamat nanti. Bahkan di pusat-pusat
Zionisme Internasional, mereka merancang konsep The New World Order berdasarkan kabar-habar anda-tanda kiamat itu.
Coba lihat hal ini:
[1] Inti cerita film LOTR adalah pertarungan antara
golongan putih dan golongan hitam. Begitu pula saat menjelang Hari
Kiamat nanti, akan ada pertarungan besar antara kaum Muslimin dengan
kaum Yahudi.
[2] Dalam film LOTR, puncak kepemimpinan kejahatan digambarkan sebagai kekuatan sihir bermata satu. Hal ini adalah gambaran yang sangat jelas tentang sosok Dajjal sebagai raja kejahatan di Akhir Jaman nanti.
[3] Dalam film itu digambarkan ada koalisi antara
dua kekuatan besar untuk melawan imperium kejahatan (Mordor). Dalam
kehidupan di Akhir Jaman nanti juga akan terjadi koalisi antara Ummat
Islam dengan kaum Nashrani, untuk menghadapi imperium kejahatan Yahudi.
[4] Dalam film itu digambarkan sosok Frodo sebagai
pembawa cincin yang harus menghancurkan raja kejahatan. Begitu pula
kelak peranan Isa Al Masih yang akan turun ke dunia untuk menghancurkan
Dajjal.
[5] Dalam film itu digambarkan munculnya seorang
kesatria pemberani, pembela kebenaran, dan sangat konsisten melindungi
Frodo. Setelah imperium kejahatan Mordor hancur, kesatria itu diangkat
menjadi kaisar. Posisi kesatria ini dalam Tanda-tanda Kiamat sangat
mirip dengan posisi Imam Mahdi.
[6] Di akhir cerita digambarkan imperium kejahatan
hancur seluruhnya, tidak ada yang tersisa. Begitu pula, di Akhir Jaman
nanti imperium Dajjal juga akan hancur, kaum Yahudi akan tercerai-berai
dan binasa.
[7] Sebelum imperium kejahatan (Mordor) itu hancur,
mereka mengalami kamajuan-kemajuan pesat dari sisi kekuatan militer.
Puncaknya, mereka mampu mengepung kekuatan kebaikan di sebuah lembah. Di
Akhir Jaman nanti demikian juga kondisinya. Kaum Yahudi mendapat
kekuatan yang sangat hebat, sehingga mendesak orang-orang beriman dalam
situasi tersudut. Namun akhirnya kekuatan Yahudi itu hancur-lebur
seiring hancurnya Dajjal.
[8] Kunci kekuatan imperium kejahatan adalah “sang
mata satu” (Sauron). Semakin kuat dirinya, semakin kuat pula
kerajaannya. Namun saat dia hancur, maka hancur pula seluruh imperium
kejahatannya. Begitulah hubungan antara Dajjal dengan kaum Yahudi
terkutuk di Akhir Jaman nanti.
[9] Hancurnya kekuatan “sang mata satu” ditandai
dengan melelehnya cincin yang dibawa Frodo di sebuah kawah gunung yang
membara. Begitu pula digambarkan, nanti di Akhir Jaman Dajjal ketika
melihat Nabi Isa As., dia akan meleleh seperti garam yang meleleh.
[10] Dalam film itu digambarkan bahwa tokoh “sang
mata satu” bukan muncul dari bangsa jin atau makhluk lain. Ia berasal
dari sosok seorang raja di masa lalu. Dalam Tanda-tanda Kiamat
disebutkan, bahwa Dajjal itu sejenis manusia. Lahir dari keluarga Yahudi
di Isfahan, Iran saat ini.
[11] Sang pembawa cincin (Frodo) pada akhirnya
meninggal juga. Dia harus berpisah dengan teman-teman setianya. Di Akhir
Jaman nanti, Nabi Isa As. juga akan meninggal setelah menuntaskan
tugasnya.
[12] Misi lain dari perjuangan Frodo adalah
menuntaskan cerita dalam buku yang ditinggalkan oleh kakeknya. Cerita
itu hampir selesai di tangan Frodo. Namun dia sisakan satu halaman lagi
untuk diisi temannya, Sam. Begitu pula, wafatnya Isa Al Masih di Akhir
Jaman nanti menandai berakhirnya kehidupan dunia. Kehidupan dunia kala
itu tinggal tersisa sedikit lagi.
[13] Di akhir perjalanan hidupnya, Frodo dihantarkan
naik perahu untuk berlayar menuju suatu tempat yang sangat indah. Dia
disambut oleh makhluk-makhluk ghaib dari dunia lain (semacam Malaikat).
Begitu pula balasan bagi para Nabi dan orang-orang shalih dalam
kehidupan di Akhirat nanti. Mereka akan mendapatkan syurga yang di
bawahnya mengalir sungai-sungai. [wikipedia/the love city]
Sumber : Islampos
0 komentar:
Posting Komentar