Sobat muda muslim, sejak dulu kita udah diajarkan untuk santun
berkomunikasi. Ortu kita di rumah udah sering wanti-wanti agar tutur
kata kita juga baik. Selain itu, sopan-santun ketika berbi-cara dan
berhadapan dengan orang lain menjadi menu harian kita. Umumnya sih
begitu. Meski ada juga ortu dan lingkungan kurang baik dalam mengajarkan
anak-anaknya untuk santun berkomunikasi.
Misalnya, pernah tuh saya
mendengar ada anak yang masih berumur empat tahun tapi sepertinya
ungkapan kata-katanya nyontek abis dari film-film preman di televisi.
Seperti, “Kubunuh kau!”. Dua kata itu keluar lancar dan fasih dari
mulutnya (nggak pake
fals segala. Bening.) ketika berantem
dengan teman mainnya. Wacks, saya kaget. Begitu ditanya kepada orang
dewasa yang ada di situ, dijawab, “Nggak heran, ortunya aja secara tidak
langsung ngajarin gitu. Maklum, komunikasi di antara ayah dan ibunya
kasar, jadinya anak ngikutin”. Ampuun!
Ngeri banget deh kalo sejak kecil kita udah belajar yang keras dan
kasar. Komunikasi yang terekam di benak kita jadinya ya itu tadi,
kata-kata kasar dan nggak santun banget. Pernah juga saya mendapati anak
usia tiga tahunan yang ngomongnya kasar abis. Kata-katanya yang
dikeluarkan nggak santun. Seperti mengucapkan, “Gua pukul lo!”, “Gua
hajar lo!”. Lha, itu anak kecil. Masih tiga tahun. Tapi kata-katanya
sungguh bikin risih. Maka, saya sendiri sungguh sangat khawatir kalo
anak sejak kecil udah seperti itu. Usut punya usut, ternyata ibunya juga
kalo berkomunikasi seperti itu. Walah, benar juga pepatah Belanda: Buah
apel nggak bakalan jatuh jauh dari pohonnya (**kecuali pohon apelnya
pinggir sungai dan ketika buahnya jatuh kebawa palid alias hanyut di sungai hehehe..)
Memang, anak kecil itu belajar berkomunikasi dari apa yang dilihatnya
di lapangan saat main atau saat ngobrol dengan ortunya, plus nonton
televisi. Kalo yang ditontonnya baik, insya Allah kebawa baik. Kalo yang
dia dapati kata-kata yang santun dalam komunikasi dengan temannya atau
ortunya, maka insya Allah itu pula yang keluar. Soalnya, saya merasakan
betul gimana ‘cerewetnya’ ibu saya dalam mengingatkan supaya saya
bertutur kata yang santun. Pernah suatu ketika saya ngomong istilah
kasar dalam bahasa Sunda, langsung dipelototin sambil bilang kalo itu
nggak baik. Kalo itu nggak sopan. Karena sering mendapati informasi
seperti itu. Diajarkan dan diingatkan, maka alhamdulillah kebawa
memorinya sampe sekarang.
Begitu pun dalam bergaul dengan teman-teman, pasti diminta supaya
omongan saya tuh yang baik dan sopan-santun. Nggak boleh kasar. Meski
cukup mengekang, tetpi ternyata itu memang cukup bagus dalam mengajari
saya. Itu sebabnya, saya juga sering merasa khawatir kalo anak-anak saya
komunikasinya kurang santun atau malah nggak santun. Memang susah untuk
menjaga terus menerus. Paling-paling yang kami lakukan adalah dengan
memberikan pengertian. Kami ajak ngobrol anak-anak dengan bahasa yang
baik. Kalo kebetulan terkontaminasi karena udah gaul di luar bareng
temen-temennya, kami coba perhatikan dan cek tutur katanya dalam
komunikasi. Jika ada yang nggak santun, langsung diperingatkan. Terus
dan terus. Supaya ada pembanding baginya. Sebab, kalo dibiarkan,
anak-anak akan merasa bahwa hal itu boleh. Alhamdulillah, sampai saat
ini (dan semoga seterusnya), jika anak-anak kami menyampaikan kata-kata
yang kurang santun, setelah kami tatap matanya dan sambil bilang bahwa
itu nggak boleh, biasanya anak-anak langsung mengubah kata-katanya
dengan kata-kata yang santun yang kami ajarkan.
Sobat gaulislam yang keren, ini sekadar contoh bahwa santun
berkomunikasi itu harus diajarkan sejak kecil. Gimana pun juga,
komunikasi yang baik yang diberikan sejak kecil akan terekam dengan
kuat. Insya Allah sampe besar. Sehingga, pas udah gede itu nggak terlalu
berat untuk meng-upgrade-nya menjadi lebih baik lagi. Karena udah punya dasar. Umumnya sih begitu.
Oya, santun berkomunikasi ini tentunya sangat diperlukan lagi jika
kita sering kontak dengan temen-teman. Apalagi sebagai pengemban dakwah.
Tutur kata yang santun itu akan memberikan nilai tambah buat kita.
Bahasa tubuh yang menyenangkan saat berkomunikasi dengan lawan bicara
juga akan memberikan imej baik buat kita. Sorot mata yang penuh
perhatian, senyuman, atau sekadar tulisan saat kirim SMS atau diskusi di
mailing list akan memberikan kesan kepada lawan bicara kita
bahwa kita santun dalam berkomunikasi dengannya. Bukan tak mungkin kan
kalo akhirnya kita dihormati dan disegani. Meski kita secara keilmuan
mungkin pas-pasan. Iya kan? Buktikan saja!
Perhatikan tutur kata
Pernah nggak denger obrolan orang yang berkomunikasi di antara mereka
dengan kata-kata kasar? Kalo saya sering. Itu sebabnya, saya merasa
risih. Misalnya, ada anak SMP, pas di warnet main game online
teriak sama temannya, “B*****T! Jangan curang lo!”. Kontan saya kaget.
Wah, sungguh komunikasi yang nggak santun. Begitu dipelototin sama
pengguna warnet lain dan ditegur, termasuk saya yang posisinya agak jauh
dari tempat dia duduk, dia malu-malu sambil berbisik ke teman di
sebelahnya. Nggak tahu apa yang dibisik-kannya. Tapi, mungkin karena
udah kebiasaan, meski udah ada yang negur beberapa saat kemudian, begitu
lagi. Bahkan akhirnya jadi rame karena teman lainnya ikuta ngoceh.
Waduh, gimana jadinya kalo remaja muslim kayak gini semua?
Sobat gaulislam rahimakullah, tutur kata kita sangat boleh
jadi mencerminkan siapa diri kita. Kalo kamu coba rajin merhatiin bahasa
di film-film, ada tokoh antagonis dan ada tokoh protagonis. Kalo tokoh
antagonis, pasti kata-kata yang keluar biasanya makian, sumpah serapah,
dan kata-kata yang sangat tidak santun (iya, mana ada sih preman
bilangnya: “Maaf Mas, kaki saya keinjek” Atau, “Kamu punya uang nggak?
Kalo nggak punya uang nggak apa-apa, saya nggak jadi nodong”).
Hahaha..lucu kalo preman kayak gitu. Umum-nya preman ya kata-katanya
kasar dan sangat tidak santun. Karena sangat boleh jadi merupakan
senjata untuk menakuti-nakuti.
Sementara tokoh-tokoh protagonis di film, biasanya menggunakan bahasa
yang santun. Tutur kata yang baik dan bagus. Meski lawannya berbicara
dengan bahasa yang kasar dan sama sekali tak santun. Iya kan?
Jadi intinya, tutur kata yang kita ucapkan pasti secara nggak
langsung akan memberikan penilaian kepada orang lain bahwa kita tuh
kepribadiannya nggak jauh beda dengan apa yang kita ucapkan. Terus
terang nih, kita pasti menaruh hormat kepada orang yang tutur katanya
santun. Karena apa? Karena jelas ia udah menghargai dirinya dengan
berkomunikasi secara santun kepada orang lain. Bukan hanya itu, dengan
santun berkomunikasi kepada orang lain, itu sama artinya dengan
menghargai orang lain yang diajak bicaranya. Ini nilai tambah. Insya
Allah lawan bicara akan menaruh hormat kepadanya. Ia akan hati-hati
berbicara dengan orang yang santun tutur katanya. Khawatir ia juga akan
merasa salah mengucap-kan. Tuh, enak banget kan? Kita bukan hanya
dinilai karena menghormati orang lain, tapi orang lain juga akan
menghormati kita. Jadi, tolong ya perhatikan tutur kata kita yang baik
dan santun saat berkomunikasi karena akan mencerminkan siapa kita di
hadapan orang lain.
Itu sebabnya, kayaknya ada benarnya juga apa yang disampaikan Fisher, nama lengkapnya B. Aubrey Fisher, yang menulis buku Interpersonal Communication: apragmatics of Human Relationship,
mengemukakan bahwa ketika kita berkomunikasi dengan orang lain, proses
intra pribadi kita memiliki paling sedikit tiga tataran yang berbeda.
Tiap tataran tersebut akan berkaitan dengan sejumlah ‘diri’ yang hadir
dalam situasi antarpribadi, yaitu pandangan kita mengenai diri kita
sendiri, pandangan kita mengenai diri orang lain, dan pandangan kita
mengenai pandangan orang lain tentang kita (S. Djuarsa Sendjaja Ph.d dkk, Teori Komunikasi. Hlm. 46)
Jadi, ketika kita berkomunikasi dengan orang lain menggunakan
kata-kata yang bisa aja kita anggap gaul, maka kita memposisikan diri
sebagai orang yang gaul, kemudian dalam waktu yang bersamaan ketika
lawan bicara kita nggak tahu apa-apa, maka kita akan memandang dan
menilai bahwa orang lain itu nggak gaul, plus lawan kita pasti akan
menganggap gaul juga. Iya kan?
Persoalannya sekarang, umumnya orang sangat menyukai sopan-santun.
Itu sebabnya, tutur kata yang paling mungkin dirasakan oleh orang lain
saat kita berkomunikasi dengannya menjadi penting untuk dilakukan.
Supaya memberi kesan positif kepada kita. Apalagi yang akan kita
sampaikan adalah dakwah, untuk menyampaikan kebenaran. Iya kan? Gimana
jadinya kalo pengemban dakwah tutur katanya nggak nyenengin. Meski yang
disampaikan benar, tapi karena caranya kurang santun, tetep aja orang
nggak suka. Jadi, supaya kesan pertama aja begitu menggoda (dan ada
peluang untuk melanjutkan ke tahap berikutnya dari hubungan tersebut),
kita harus belajar untuk bertutur kata yang santun saat berkomunikasi
dengan sesama manusia. Oke?
Bener lho. Bukan apa-apa, dengan kita santun dalam berkomunikasi,
akan memberi kesan baik pada saat pertama kali bertemu dan berinteraksi
dengan kita. Lemah lembut dalam bertutur kata dan bersikap, adalah
bagian dari penghias komunikasi kita dengan orang lain. Rasulullah saw.
bersabda: “Ya Aisyah, berlaku lembutlah! Sesungguhnya sifat lemah
lembut itu dapat menjadi penghias dalam segala hal. Tanpa sifat
tersebut, maka segala sesuatu akan mengandung kekurangan.” (Dalam kitab Penjelasan Kitab Sunan Abu Daud, hlm. 69)
Oke deh, mulai sekarang kita santun yuk dalam komunikasi kita dengan siapa pun. Semoga bermanfaat.
Sumber : http://www.gaulislam.com/santun-berkomunikasi-yuk#more-4221
0 komentar:
Posting Komentar