Sabar adalah salah satu sifat terpuji yang telah ditanamkan Islam
kedalam hati para wanita mukminah dari kalangan para shahabiyat, dan
menumbuhkannya dalam sanubari mereka, sehingga salah seorang diantara
mereka pada saat menghadapi berbagai cobaan dan musibah bagaikan gunung
yang kokoh tak bergerak, dan bagaikan singa di sarangnya, ia tidak
takut dan tidak ragu.
Mereka telah mengalami berbagai siksaan lahir dan batin, mengalami
sakit parah, kemiskinan yang mencekik, kehilangan orang-orang yang
dicinati. Namun itu semua tidak menggoyahkan keimanan mereka, tidak
membunuh semangat mereka, tidak menjadikan mereka berkeluh kesah, lemah
dan gelisah.
Diantara shahabiyat yang mendapat anugerah tersebut adalah Sumayyah,
seorang wanita yang pertama kali mendapatkan syahid dalam Islam.
Dalam ketegaran menghadapi siksaan, tampak sekali sikap Sumayyah
binti Khabbat, ibu Ammar bin Yasir radhiallahu ‘anhu, sebagai contoh
terdepan dan bukti yang sangat tepat dalam hal ini.
Abu Jahal, panglima kezhaliman memakaikan baju besi pada Sumayyah,
kemudian menjemurnya dibawah terik panas matahari yang membakar.
Walaupun begitu ia bersabar dan mengharap pahala, ia tidak berharap
sesuatu kecuali Allah dan Hari Akhir. Ketika sikap beliau ini
mematahkan kesombongan Abu Jahal, dan mengobarkan kemarahan di hatinya,
Abu Jahal melakukan apa yang dilakukan oleh para penguasa zhalim lagi
jahat ketika tak mampu berbuat apa-apa. Karena ketegaran Sumayyah
radhiallahu ‘anha dalam agamanya, Abu Jahal mendekatinya, kemudian
menusuknya dengan tombak hingga meninggal dunia.
Dalam kitab ‘Usdhu al-Ghabah’, al-Hafizh Ibnu hajar mengatakan, “Abu
Jahal menusuk sumaiyah dengan tombak yang ada ditangannya pada
kemaluannya hingga meninggal dunia. Beliau adalah orang yang mati
syahid pertama dalam Islam, beliau dibunuh sebelum hijrah, dan beliau
termasuk diantara orang yang memperlihatkan keislamannya secara
terang-terangan pada awal datangnya Islam.”
Ini adalah merupakan pelajaran bagi setiap mukminah yang diinginkan
oleh orang-orang yang brbuat dosa untuk dicopot dari agamanya,
hendaknya ia meneladani ketegaran, keteguhan dan kesabaran Sumaiyah.
Semboyannya adalah perkataan Abu Athiyah,
“Bersabarlah dalam kebenaran, engkau akan merasakan manisnya Kesabaran demi kebenaran terkadang harus melalui kepedihan.”
Hal ini juga menunjukkan bahwa sabar itu tidaklah ada batasnya, sampai Allah mendatangkan keputusan dan ketetapan-Nya.
Sumber: Durus min Hayat ash-Shahabiyat, karya Abdul Hamid bin Abdurrahman as-Suhaibani.
0 komentar:
Posting Komentar