Disana,
di sebuah kota kecil, dia berjalan menyusuri ilmu yang harus ia dapatkan tuk
bisa lanjutkan hidup. Hidup yang lebih layak dari masa ini. Sumber ilmu yang selalu
ia bawa, kan menuntunnya tuk tahu akan sikap yang sepatutnya bagi seorang
pencari ilmu.
Tak lelah, tak menyerah walau semua meragukan kemampuannya karena ia penuh dengan
kekurangan. Hanya berpegang pada kepercayaan atas diri sendiri, ia bertahan tuk
raih mimpi-mimpinya. Mimpi yang ingin berubah menjadi sesosok pembekal ilmu.
Impian tersebut muncul karena ia ingin melihat sang adik bisa berilmu tanpa
harus sesulit dirinya karena ia tahu bahwa orang tuanya penuh kesulitan. Impian
yang tinggi itu terus membuatnya berjuang tanpa lengah walau sesaat.
Hari-hari
ia lewati dengan penuh semangat. Semua ilmu sampai dalam pikiran dan terekam jelas.
Karena ia selalu memotivasi dirinya dengan berucap " aku belajar mencari
ilmu untuk diriku sendiri, adikku, juga bangsaku" dalam jiwanya. Harapan
yg luar biasa dari sesosok anak pengejar mimpi yang penuh kesederhanan.
Namun, suatu ketika ia harus melalui sebuah ujian yang berat. Ia harus hidup dengan
bekerja tuk mencari uang sambil belajar agar dapat menyambung hidupnya karena
kedua orang tuanya meninggal akibat terserang penyakit yang mematikan. Ia harus
menjaga adik kecilnya juga. Hebatnya ia tetap tersenyum meski hari yang ia
lewati begitu rumit.
Sesekali ia mengunjungi makam kedua orang tuanya hanya ingin mengucapkan "
Ayah, Ibu aku akan tetap berusaha jadi orang yang lebih kuat karena aku tidak
ingin kesulitan ini menghabiskan semua impianku" seraya menitikkan air
mata...
Peristiwa ini membuatnya bertambah tegar dan semakin banyak harapan yang ingin
ia wujudkan.
Setiap
waktu ia selalu memikirkan nasibnya dan adik perempuannya. Untuk makan saja
mereka tidak memakai nasi, sebagai penggantinya adalah umbi ketela pohon.
Kadang sang kakak mencari ikan untuk dimasak.
Anak laki-laki seusianya (13 tahun) seharusnya menikmati masa remajanya bukan
mencari uang untuk biaya hidup. Setiap hari ia memanjatkan doa pada Sang
Pencipta untuk memberikannya ketegaran dan kemudahan hidup. Doanya tak kunjung
ada jawaban,bahkan saat itu ia harus menyekolahkan adiknya yang memang telah
memasuki usia yang cukup untuk bersekolah. Ia menyekolahkan adiknya di sekolah
dasar gratis karena tak punya cukup biaya untuk menyekolahkan adiknya di
sekolah yang berkualitas tinggi.
Setiap pagi ia mengantar adiknya ke sekolah, setelah itu ia langsung berangkat
ke sekolahnya (SMP). Siang hari, ia segera pulang dan menjemput adiknya di
sekolah. Kemudian, ia bekerja sebagai kuli pasar hingga senja. Malam hari ia
makan,belajar,dan salat bersama adiknya. Ia dengan sabar merawat adiknya dan bersedia
menggantikan posisi orangtuanya yang telah lama meninggal.
Semuanya ia lakukan untuk dapat bertahan mewujudkan impiannya. Hingga pada
akhirnya, ia lulus dari SMP dengan predikat nilai terbaik dan mendapatkan beasiswa
untuk masuk ke SMA. Sekarang ia tak perlu lagi makan dengan umbi ketela pohon,
karena ia bisa membeli nasi dari uang hasil bekerjanya yang semula untuk biaya
sekolahnya. Akhirnya doa yang ia panjatkan sedikit demi sedikit telah terkabul.
Setelah
masuk SMA, hari-harinya berjalan lebih ringan karena ia dibantu oleh program
orang tua asuh. Namun, tak disangka pada suatu waktu adiknya yang saat itu
pulang dari sekolah tertabrak truk dan nyawanya tak bisa diselamatkan. Betapa
sedihnya ia meratapi nasib adiknya, adik yang selalu ia jaga dan lindungi juga
sangat menghormatinya kini telah pergi dan tak bisa menemaninya lagi.
Ia
tidak terus-menerus larut dalam kesedihan tapi mencoba untuk terus berjuang
demi masa depan dirinya dan bangsa ini.
Setelah
lulus SMA, ia kemudian melanjutkan ke Perguruan Tinggi dengan bantuan beasiswa
lagi karena ia terus berprestasi. Di Perguruan Tinggi, ia mengambil jurusan
seni musik tradisional. Setelah lulus, ia mengajar di sebuah Sekolah Menengah Kejuruan
di daerah asalnya. Ia banyak menelurkan pemuda-pemudi yang berbakat dalam
permainan musik tradisional asli Indonesia, juga sering mengantar
siswa-siswanya hingga menjuarai kejuaraan nasional. Hingga pada suatu ketika ia
diminta untuk menjadi pimpinan sanggar musik di kota besar namun ia tidak mau
meninggalkan daerah asal yang telah menjadi saksi perjalanan hidupnya. Ia mengabdikan dirinya untuk dunia pendidikan
terutama bidang seni hingga umurnya lebih dari setengah abad karena tidak lama
setelah itu ia meninggal dunia tak diketahui sebabnya karena ia meninggal pada
saat salat subuh di masjid bersama tetangga dekatnya,,
Semua
siswa merasa sedih yang sangat kehilangan sosok pengajar yang berbudi baik,
lembut dan ramah pada oarang lain. Semua sifat baiknya perlu kita contoh. Mulai
dari perjuangannya untuk bertahan hidup, belajar walaupun dalam keadaan sesulit
apapun dan selalu ingin mewujudkan mimpinya meski semua beban ada
dipundaknya..............
by : Aulia Rena
0 komentar:
Posting Komentar